Pengantar Sawah Pokok Murah

Murah Bagi Petani, Tidak Merusak Lingkungan

ARTIKEL

Osmet

11/20/20242 min baca

PENGANTAR SAWAH POKOK MURAH

Akhir tahun 2023 yang lalu, merupakan hari-hari yang sangat merusuhkan hati bagi seorang ibu tani di sebuah nagari di Sumatera Barat. Sang suami sedang sakit, uang simpanan sudah menipis, dan, sementara orang-orang sekampung sudah turun ke sawah, si ibu tidak bisa mulai mengolah sepetak kecil sawah yang menjadi tumpuan kehidupan keluarga-nya.

Bersawah butuh tenaga dan pokok, atau modal, uang dalam jumlah yang tidak kecil bagi petani kecil. Uang harus tersedia untuk membeli benih, menyewa traktor tangan pengolah lahan, membeli pupuk dan obat-obatan, membayar upah tanam, dan seterusnya. Berbagai kerja lain juga akan harus diupahkan kalau tenaga kerja keluarga tidak tersedia.

Pada saat-saat kritis inilah si ibu tani pada akhirnya menoleh kepada praktik budidaya Sawah Pokok Murah (SPM) yang sudah mulai diterapkan beberapa petani tetangganya dan memberikan hasil yang bagus. Walaupun tetap diliputi kekhawatiran mengenai keandalan budidaya padi cara baru ini, si ibu tani, mengingat situasi yang dihadapinya, lalu memutuskan menerapkan SPM. Dia tidak menyesal.

Praktik budidaya SPM berbeda dengan praktik budidaya padi sawah yang sudah mentradisi. Secara garis besar, sebelum diuraikan lebih detil di bagian selanjutnya, SPM dicirikan oleh (1) tidak menghendaki pengolahan tanah dan penggenangan sawah. Yang harus dilakukan hanyalah membuat bedeng-bedeng selebar 1,25meter dengan cara menggali saluran penampung dan pembuang air dengan lebar dan dalam lebih kurang 25 cm agar bedengan tidak tertutup air. (2) Jerami tidak dibakar tetapi digunakan sebagai mulsa organik penutup bedengan. (3) Menjaga dan memelihara agroekosistem sawah guna memperkuat jaring makanan (food web) dalam tanah dan keseimbangan antara hama dan musuh alaminya. (4) Benih ditanam di bedeng-bedeng dengan kedalaman dangkal, jarak yang renggang, dalam jumlah sedikit dan pada umur muda.

Semua praktik bersawah tersebut di atas mendukung pertumbuhan anakan produktif yang banyak sehingga meningkatkan hasil per satuan luas sawah. Pada saat yang sama, semuanya juga sangat mengurangi biaya usaha tani. Sebab, kesuburan tanah terpelihara secara alamiah dan menghindari penggunaan bahan kimia beracun untuk mengendalikan hama dan penyakit serta gulma. Praktik bersawah ala SPM juga menghindarkan tanaman muda dari serangan hama keong mas dan beberapa penyakit tanaman padi. Yang juga penting dicatat adalah bedengan yang tidak terendam air menghindarkan tanaman dari keracunan besi (Fe), hal yang biasa di sawah-sawah dengan kandungan besi yang tinggi, sehingga akan meningkatkan produksi padi secara signifikan.

Dengan praktik budidaya seperti yang diringkaskan di atas maka tidak aneh kalau bersawah tidak menghendaki pokok yang banyak. Murah dan secara teknis juga mudah dilaksanakan. Lebih dari itu, bersawah dengan cara tersebut di atas memberikan manfaat lingkungan yang luar biasa pula karena bisa meminimalisir emisi berbagai gas rumah kaca (GRK) yang biasa ke luar dari sawah. Ciri ini membuat SPM tidak saja relevan atau sesuai dengan kebutuhan petani, karena meningkatkan hasil dan mengurangi biaya usaha tani, tapi juga relevan bagi upaya dunia untuk menghambat laju pemanasan global. SPM bukan saja murah (low cost) bagi petani tapi juga tidak merusak lingkungan (environment).